Selasa, 15 Mei 2012

Hubungan Waktu Shalat Dengan Kesehatan Tubuh


Sekedar mau berbagi hasil kajian medis Medical Exhibition 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Divisi Medical Islam KAMI Asy-Syifaa ^_^




A.   Waktu Shalat Subuh
Dalam buku Pengobatan Dengan Shalat, Dr. Zahir Rabih mengatakan, “sesungguhnya hormone kortisol yang merupakan hormon aktivitas dalam tubuh manusia mulai bertambah seiring dengan masuknya waktu shalat fajar. Seiring dengan pertambahan produksi hormone tersebut, tekanan darah juga mengalami kenaikan secara bertahap. Karena itulah manusia merasa sangat bergairah dan memiliki semangat yang besar setelah shalat fajar antara pukul enampagi hingga Sembilan pagi. Karena itu pulalah waktu itu dianggap sebagai waktu yang paling baik untuk bekerja dan dan mencari rezeki.”
Cahaya memacu tubuh untuk memproduksi hormone aktivitas, termasuk hormone yang mendorong produksi kortisol dan hormone seksual (pada tengah hari). Pada waktu yang sama, tubuh diperintah untuk menurunkan produksi hormone melatonin yang dihasilkan kelenjar pineal. Pada waktu fajar, berlangsung beberapa gejala dalam tubuh yaitu:
-          1. Pertambahan hormone kortisol
-          2. Pertambahan kadar gula serta sekresi lemak dan protein
-          3. Tubuh membutuhkan tambahan energy untuk melakukan aktivitas siang hari
Pada saat tidur terjadi pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah karena tubuh tidak bergerak, oleh karena pagi – pagi dibutuhkan olahraga. Namun ternyata, gerakan gerakan – gerakan tubuh dalam shalat fajar sudah cukup menjadi sarana untuk mencairkan endapan lemak dalam tubuh.

B.   Waktu Shalat Zuhur
Kebalikannya kita dapatkan pada waktu Zuhur. Pada waktu tersebut hormone kortisol berkurang hingga mencapai kadar yang paling rendah. Akibatnya, manusia merasa lelah akibat tekanan pekerjaan dan ia membutuhkan istirahat. Ini terjadi kira – kira tujuh jam dari saat bangun pagi, Saat itulah masuk waktu salat zuhur. Kedatangan waktu zuhur bertepatan dengan kondisi tubuh yang membutuhkan istirahat dan ketenangan sehingga jantung, otak, dan seluruh system metabolism tubuh bisa beristirahat, dan solat merupakan kegiatan yang salah satunya untuk mengistirahatkan jiwa.
Waktu tengah hari ditandai dengan gejala – gejala sebagau berikut:
-          1. Kadar testosterone mengalami peningkatan hingga mencapai puncaknya
-          2. Kadar hormone adrenalin masih cukup tinggi
-          3. Perasaan lapar mendorong lahirnya rasa gelisah dan waswas
-          4. Kerja jantung meningkat sehingga dibutuhkan sejenak waktu tidur

C.   Waktu Shalat Asar
Kemudian datang waktu Ashar untuk mengembalikan tubuh pada semangatnya sekali lagi dan meningkatkan kadar adrenalin dalam darah. Pada saat itu muncul kembali energy yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas seluruh organ tubuh terutama aktivitas jantung. Saat tiba waktu Ashar, tubuh kembali bersiap – siap menyambut produksi energy baru sehingga saat seperti itu sangat bermanfaat jika dipergunakan untuk berolahraga dan menggerakkan tubuh agar jantung dan metabolism tubuh bisa kembali bekerja secara normal. Para penderita penyakit jantung sering kali mengalami serang jantung jika mereka terlalu lama beristirahat.
Shalat Ashar memiliki peran penting untuk sekali lagi menyiapkan tubuh menghadapi peningkatan produksi kortisol yang mendadak. Persiapan dan penyesuaian dibutuhkan oleh tubuh agar organ – organ tubuh terhindar dari shock (keterkejutan).

D.   Waktu Shalat Magrib
Ketika datang waktu magrib, produksi hormone kortisol menurun, dan kekuatan tubuh juga mulai berkurang, seiring dengan pergantian hari dari terang menuju gelap. Keadaan Magrib merupakan kebalikan dari keadaan Subuh. Pada waktu magrib, produksi hormone melatonin mulai bertambah yang mendorong seseorang untuk beristirahat dan tidur. Tubuh mulai dilanda rasa malas dan lelah. Shalat magrib merupakan saat peralihan antara periode aktivitas dan periode istirahat. Shalat magrib tiga rakaat seakan – akan menjadi sarana relaksasi bagi tubuh sehingga tubuh bisa menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis tiba – tiba yang mengiringi penurunan kadar hormone kortisol.

E.   Waktu Shalat Isya
Waktu shalat Isya merupakan tahapan terakhir dalam perjalanan satu hari. Waktu Isya merupakan waktu peralihan dari keadaan semangat untuk bekerja dan beraktivitas menuju keadaan istirahat penuh dan keinginan untuk tidur, seiring dengan semakin pekatnya kegelapan yang meliputi bumi, dan seiring dengan meningkatnya produksi hormone melatonin. Karena itulah umat Islam dianjurkan untuk mengakhirakan Shalat Isya hingga beberapa saat sebelum tidur sebagai penutup seluruh aktivitas kehidupan pada hari itu.


Ini saya hadirkan grafik ACTH (Adrenocoticotropic Hormone), hormon yang berpengaruh terhadap sekresi kortisol. jadi kalo ACTH meningkat otomatis kortisol juga meningkat. ^_^ (ini saya ambil dari buku Greenspan Endocrinology)
semoga bermanfaat bagi pembaca...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar